Luasnya Ruang Apresiasi
I'm back writing on this platform!
Since I feel really bored writing on my notes, I think it's time for me to write down every thought I have and everything I find it interesting to share here.
Hari ini saya mau membahas mengenai apresiasi.
Sering kali kita fokus hanya terhadap diri kita sendiri. Saat kita berhasil mencapai, melalui, mendapatkan sesuatu yang kita inginkan contohnya, orang pertama yang kita anggap menyebabkan semua itu terjadi adalah diri kita sendiri. Seakan-akan itu hanya terjadi karena kemampuan dan kerja keras kita saja. Bukannya tidak setuju bahwa self-appreciation itu perlu dilakukan, tapi kali ini saya ingin fokus membahas 'ruang' lain, diluar diri kita sendiri, dan tentunya Tuhan (kalau ini sudah pasti yang utama dan pertama, semua terjadi karena kehendak siapa lagi kalau bukan Tuhan), yang kerap terkesampingkan.
Hidup tanpa ambisi itu kosong. Mau pria atau wanita, menurut saya keduanya sama-sama perlu ambisi dalam menjalani hidup, yang linier dengan kebahagiaan masing-masing. Ada wanita yang berambisi ingin menjadi sosok yang independen dan tetap aktif berkarir walau sudah berumah tangga, ada juga pria yang ingin menjadi leader dalam skala sangat besar di usia mudanya. Ketika hal tersebut tercapai, setuju sekali faktor besarnya ada pada orang yang bersangkutan. Bisa jadi karena kemampuan dasarnya, habitnya, dan usahanya dalam terus bergerak melewati kegagalan demi kegagalan selama ini. Yang secara umum kita bisa lihat, yang biasa dishare ketika orang-orang tersebut menjadi pembicara dalam sebuah seminar, atau sesederhana yang orang share di social media pun fokusnya kesana. Padahal, ada ruang besar lain yang turut menunjang itu semua, dan tidak mungkin terjadi jika ruang ini tidak ada.
Misalnya saja kita bahas case pada wanita tadi, yang ternyata berhasil menjadi sosok independen yang aktif berkarir walau sudah berumah tangga. Kita masuk ke ruang pertama yang terdekat dan menjadi partner hidup wanita tersebut, suami. Semua itu tidak mungkin terjadi jika wanita tersebut tidak memiliki suami supportive, yang bisa memahami, mendukung, berbagi, berkompromi, terkait ambisi yang dimilikinya. Itulah pentingnya kita memilih pasangan hidup yang sesuai, karena akan terus melekat pada diri kita dan segala keputusan yang akan kita jalani, selamanya. Lalu ruang kedua, jika dilakukan sambil mengurus keluarga termasuk anak adalah kerabat dekat atau orang yang dipercaya untuk mengurus hal tersebut. Bagaimana bisa wanita tersebut tenang dan fokus bekerja jika urusan keluarga dan anaknya tidak dibantu sementara oleh orang yang ia percaya? Tidak semua memiliki kesempatan mendapatkan orang yang bisa dipercaya, sehingga terpaksa harus memilih ambisi lain untuk dijalani loh. Ruang selanjutnya adalah keluarga. Pencapaian tersebut mungkin dan lebih mudah terjadi jika diiringi oleh keluarga yang sejalan dengan ambisi yang dimiliki, sehingga pikirannya bisa fokus terhadap apa yang sebenarnya ingin dilakukan tanpa ada hal lain yang dipertimbangkan. Jika telusuri lebih luas lagi, masih banyak juga ruang-ruang lain. Seperti supir yang telah mendukung aktifitas kita, partner kerja, lingkungan, atau orang asing sekalipun yang ternyata tanpa sengaja menjadi trigger kita untuk bisa semangat lagi disaat kita sedang dalam posisi terendah. Syukur dan apresiasi tersebut perlu banyak-banyak kita rasakan dan ungkapkan terhadap semua ruang yang telah menjadi penyebab ambisi kita dapat tercapai, karena ya memang seperti itulah adanya.
Tidak hanya dalam case tersebut, pada kasus lain pun, misalnya pria tadi. Tidak mungkin itu semua bisa tercapai jika tidak karena dukungan eksternal lain. Bahkan kalaupun hidupnya sendiri, jauh dari keluarga, dan ruang-ruang yang telah disebut tadi. Tetap saja, pasti ada ruang-ruang lain yang mendukung, yang tidak boleh dilupakan untuk diapresiasi.
Tidak akan pernah ada kesempatan berpikir sedikitpun untuk terlalu membanggakan diri, jika kita terbiasa memperluas ruang apresiasi kita. Ayo kita jelajahi seluas-luasnya ruang-ruang tersebut, dan sampaikan syukur juga terima kasih. Apapun bentuk apresiasi yang bisa kita lakukan, lakukan!
Misalnya saja kita bahas case pada wanita tadi, yang ternyata berhasil menjadi sosok independen yang aktif berkarir walau sudah berumah tangga. Kita masuk ke ruang pertama yang terdekat dan menjadi partner hidup wanita tersebut, suami. Semua itu tidak mungkin terjadi jika wanita tersebut tidak memiliki suami supportive, yang bisa memahami, mendukung, berbagi, berkompromi, terkait ambisi yang dimilikinya. Itulah pentingnya kita memilih pasangan hidup yang sesuai, karena akan terus melekat pada diri kita dan segala keputusan yang akan kita jalani, selamanya. Lalu ruang kedua, jika dilakukan sambil mengurus keluarga termasuk anak adalah kerabat dekat atau orang yang dipercaya untuk mengurus hal tersebut. Bagaimana bisa wanita tersebut tenang dan fokus bekerja jika urusan keluarga dan anaknya tidak dibantu sementara oleh orang yang ia percaya? Tidak semua memiliki kesempatan mendapatkan orang yang bisa dipercaya, sehingga terpaksa harus memilih ambisi lain untuk dijalani loh. Ruang selanjutnya adalah keluarga. Pencapaian tersebut mungkin dan lebih mudah terjadi jika diiringi oleh keluarga yang sejalan dengan ambisi yang dimiliki, sehingga pikirannya bisa fokus terhadap apa yang sebenarnya ingin dilakukan tanpa ada hal lain yang dipertimbangkan. Jika telusuri lebih luas lagi, masih banyak juga ruang-ruang lain. Seperti supir yang telah mendukung aktifitas kita, partner kerja, lingkungan, atau orang asing sekalipun yang ternyata tanpa sengaja menjadi trigger kita untuk bisa semangat lagi disaat kita sedang dalam posisi terendah. Syukur dan apresiasi tersebut perlu banyak-banyak kita rasakan dan ungkapkan terhadap semua ruang yang telah menjadi penyebab ambisi kita dapat tercapai, karena ya memang seperti itulah adanya.
Tidak hanya dalam case tersebut, pada kasus lain pun, misalnya pria tadi. Tidak mungkin itu semua bisa tercapai jika tidak karena dukungan eksternal lain. Bahkan kalaupun hidupnya sendiri, jauh dari keluarga, dan ruang-ruang yang telah disebut tadi. Tetap saja, pasti ada ruang-ruang lain yang mendukung, yang tidak boleh dilupakan untuk diapresiasi.
Tidak akan pernah ada kesempatan berpikir sedikitpun untuk terlalu membanggakan diri, jika kita terbiasa memperluas ruang apresiasi kita. Ayo kita jelajahi seluas-luasnya ruang-ruang tersebut, dan sampaikan syukur juga terima kasih. Apapun bentuk apresiasi yang bisa kita lakukan, lakukan!