Diam, Cara Lain untuk Didengar
Banyak permasalahan berkelimut di satu sisi
Yang mungkin sudah terasa basi, bahkan walau hanya untuk mempercantik sebuah narasi.
Namun terus berulang dengan segala kebetulan yang terskenario dari hasil diskusi.
Ada kata lain yang lebih dari sekedar basi untuk mewakili semua hal yang telah mendistorsi?
Berjuta narasi dianggap delusi.
Katanya utamakan rasionalisasi, tapi tak kunjung berbuah solusi.
Pembicaraan sengit yang berujung gengsi.
Wajar pun tetap salah dengan meluapkan emosi.
Hanya di satu sisi apa serumit ini?
Lelah bernarasi tapi tak digubris begini.
Ujung-ujungnya tuli, ingkar janji dengan alasan urgensi.
Giliran ingin beropini harus didengar dulu hingga kini.
Mungkin jika narasi selalu dianggap delusi,
Diam adalah cara lain untuk didengar tanpa melibatkan emosi.
Saat kondisi sudah diluar batas, diam adalah jawaban yang paling pantas.
Karena diam punya kekuatan tersendiri untuk di dengar,
bukan dengan telinga secara spontan, tapi dengan hati secara perlahan.
Tinggal menunggu sampai waktunya hati dan pikiran bertabrakan.
Yang mungkin sudah terasa basi, bahkan walau hanya untuk mempercantik sebuah narasi.
Namun terus berulang dengan segala kebetulan yang terskenario dari hasil diskusi.
Ada kata lain yang lebih dari sekedar basi untuk mewakili semua hal yang telah mendistorsi?
Berjuta narasi dianggap delusi.
Katanya utamakan rasionalisasi, tapi tak kunjung berbuah solusi.
Pembicaraan sengit yang berujung gengsi.
Wajar pun tetap salah dengan meluapkan emosi.
Hanya di satu sisi apa serumit ini?
Lelah bernarasi tapi tak digubris begini.
Ujung-ujungnya tuli, ingkar janji dengan alasan urgensi.
Giliran ingin beropini harus didengar dulu hingga kini.
Mungkin jika narasi selalu dianggap delusi,
Diam adalah cara lain untuk didengar tanpa melibatkan emosi.
Saat kondisi sudah diluar batas, diam adalah jawaban yang paling pantas.
Karena diam punya kekuatan tersendiri untuk di dengar,
bukan dengan telinga secara spontan, tapi dengan hati secara perlahan.
Tinggal menunggu sampai waktunya hati dan pikiran bertabrakan.
0 komentar:
Post a Comment