Kontemplasi yang Menyenangkan Hati
Sudah lebih dari setahun ketidaknormalan ini dilalui. Normal lama berganti jadi normal baru, yang mulai dilupakan kapan terakhir kalinya tetapi masih tersimpan dalam memori rasa hangatnya karena semua pun rindu. Keterbatasan gerak jadi lebih terasa dibanding keterbatasan waktu yang dulu selalu dikambinghitamkan dalam suatu ketidakselesaian. Sekarang sudah bertukar peran.
Kontemplasi.
Momen keterbatasan ini tampaknya banyak dimanfaatkan untuk hal tersebut. Apa lagi yang masih tidak terbatas selain pikiran?
Banyaknya berisi keresahan yang di hati jadi beban, tapi tidak menutup kemungkinan juga berisi hal-hal baik yang menyenangkan.
Seperti sekarang.
Ternyata banyak hal yang sebelumnya dikhawatirkan, tampak besar hanya dalam pikiran.
Ketika dilalui, tidak lebih dari sumbatan dalam keran.
Masih teringat sekali momen-momen dimana banyak hal ekstrim yang jadi pendirian.
Rasanya lucu ketika hal tersebut bisa tiba-tiba jadi tidak masuk akal hanya karena hal sederhana yang begitu saja masuk menjadi peran.
Pertanyaan bertingkat itu terus muncul imbas dari keyakinan berlebih yang pernah terbantah oleh kenyataan.
Tapi kontemplasi kali ini menyadarkan sebuah jawaban, yang cukup menyenangkan.
Kecenderungan untuk membatasi rasanya wajar ketika ingin senang dan tetap dalam kewarasan.
Memang waktu bukanlah hal yang bisa dijadikan parameter, tapi kewarasan tampaknya dapat membuat imbas jawaban tersebut tetap dalam jalan.
Kebiasaan untuk menahan terus bertahan, karena secukupnya lebih dipilih dibanding menjadi berlebihan.
Beberapa minggu kebelakang, rasanya sudah cukup ringan.
Untuk kembali meluruskan apa yang pernah berantakan.
"Keyakinan ditengah ketidakpastian"
Kontemplasi yang menyenangkan hati, untuk penulis yang secara natural selalu punya kecenderungan tertarik pada ketidakpastian, disaat yang lainnya menuntut kepastian.
Mengalir dan menjadi apa adanya.
0 komentar:
Post a Comment