Patah Harapan
Patah hati itu biasa,
Patah harapan itu bahaya.
Manusia memang makhluk yang sangat unik. Mudah merasa memiliki atas segala sesuatu yang ia pakai, beli, tempati, sukai, kerjakan, dan banyak hal lainnya. Merasa berkuasa juga bisa jadi timbul karena hal tersebut. Berkuasa atas apa yang dirasa dimilikinya, bekuasa atas rencana-rencana yang ingin diturutinya, dan banyak hal lainnya.
Ga ada yang salah jika masih sewajarnya, di bawah kendalinya.
Tapi kemudian hal tersebut bisa jadi bias ketika dijalani dalam waktu yang cukup lama.
Kita kadang ga sadar kalau apa yang dirasa milik kita, juga ga sepenuhnya milik kita. Apa yang dirasa ada di bawah kendali kita, juga ternyata dikendalikan oleh hal lain seperti kondisi atau waktu, yang seluruhnya bergantung pada Semesta.
Lain lagi dengan harapan.
Hal baik yang ada di antara keduanya. Ga melulu harus terpenuhi. Ga melulu juga harus merasa sengsara jika belum tiba pada waktunya.
Kecewa hanya awalnya, sedih sudah seharusnya.
Justru itu yang membuat kita hidup.
Tanda bahwa banyak harapan baru yang dimiliki. Ada gagalnya, ga sedikit juga berhasilnya.
Yang membuat seakan-akan mati adalah harapan yang patah.
Pasrah lalu menyerah.
Bisa, bisa, bisa, seluruhnya sudah tercurah.
Tapi kalau sudah di luar kendali?
Disiram pun akan tetap mati.
Yang tadinya hanya seakan-akan.
Bisa jadi, akan.
Tolong, jangan.
0 komentar:
Post a Comment