Jangan Terburu-buru Terprovokasi

Penolakan dalam hati udah ada di puncak, dari segala issue yang lagi berkembang di lingkungan, ingin sedikit saya luapkan.

Menjelang pemilu ini marak manusia berlomba-lomba membela satu paslon dan menjatuhkan paslon lain. Kenapa manusia bisa punya kecenderungan untuk sebegitunya dengan satu sosok ya? Kondisi yang sekarang terjadi udah berlebihan banget, gabisa ditoleransi lagi. Semua komponen yang ada di 'pemilu vibes' ini tuh terlalu membawa energi negatif bagi semua orang, bahkan orang-orang yang udah membatasi diri dengan hal tersebut, orang-orang yang udah berusaha menjadikan hal tersebut sebagai privasi sekalipun. Kita gabisa membatasi orang-orang berkomentar, dan dengan kondisi internet, pun era digital yang sekarang semakin bertumbuh di masyarakat kita ini, gabisa juga membatasi untuk ga melihat atau membaca komentar, berita, dan hal-hal lain yang sifatnya destruktif, negatif, dan menimbulkan situasi yang panas antara penulis dan pembaca.

Yang saya amati, kenapa manusia-manusia tersebut bisa ada dalam satu keberpihakan yang berlebihan adalah karena minimnya edukasi terhadap penyaringan informasi, maupun minimnya kesadaran mengenai perlunya riset luas dan terbuka untuk memiliki dan meyakini suatu kesimpulan besar. Kebanyakan info yang didapat itu sempit, dengan kredibilitas yang tidak jelas. Kebanyakan manusia yang sudah memiliki keberpihakan terhadap A, maka akan terus menerima dan mencari informasi yang mengangkat kelebihan A dan kekurangan B. Dengan media yang sudah ga lagi netral pendukung pasangan A banyak yang hanya akan mengikuti informasi dari media yang juga punya keberpihakan terhadap pasangan A, pun juga sebaliknya. Mereka membatasi lingkungan yang dipilih karena keberpihakan tersebut, tidak mau menerima informasi yang berisi kekurangan dari pasangan yang mereka dukung. Maka dari itu rasa yakin akan segala kebaikan, kebenaran, dan kelebihan pasangan yang didukung akan terus tumbuh, semakin besar, dan berlebihan. Padahal sudah sewajarnya manusia biasa memiliki kekurangan, pernah melakukan kesalahan, yang mana harus diterima bahwa pasangan manapun yang didukung pasti pernah memiliki jejak-jejak tersebut. Tapi kondisinya sekarang adalah segala kelemahan dari pasangan yang didukung, dimata 'pendukung fanatiknya', hanyalah akan jadi teori-teori konspirasi lain yang akan jadi bahan untuk membalikkan kondisi dengan melemahkan pasangan lainnya. Keduanya terus saling bersautan seperti itu sehingga selalu ribut dan panas. Tapi untuk dikelompokkan dalam kategori pelaku dan korban, baik media maupun beberapa manusia ini tidak bisa secara hitam putih masuk dalam salah satunya. Banyak media jelas turut membuat situasi ini makin menjadi dengan menaikkan issue-issue yang provokatif dan terlihat sekali punya keberpihakan terhadap salah satu paslon, tidak netral. Beberapa manusia pun tidak bisa dibilang 'korban media yang sudah tidak lagi netral' karena kenyataanya beberapa manusia itu sendiri pun sudah kehilangan akal dengan tidak berhati-hati dan sangat mudah terprovokasi oleh berita-berita yang beredar. Part terbesar dari semua kekacauan ini adalah HOAX. Mudah sekali hoax tersebar luas dan parahnya lagi dipercayai dengan sepenuh hati sebagai fakta, asal hoax tersebut berisi kebaikan paslon yang didukung, atau ketidakbaikan paslon lawan. Selain yang substansinya berkaitan dengan itu, baru mereka akan meragukan berita tersebut dan menyebutnya sebagai 'hoax'. Hal ini wajar terjadi apalagi di kalangan orang yang dulunya belum mengenal internet, media-media online, digital, lalu tiba-tiba menggunakan hal-hal tersebut. Penting sekali bagi generasi yang sudah lebih paham untuk memberikan informasi dasar mengenai bagaimana menyaring informasi yang kredibel, dan membedakannya dengan hoax, bahkan pada orang tua kita sekalipun agar tidak mudah percaya dengan konten-konten yang tidak jelas sumbernya dari mana. Jangan segan untuk memberi masukan, demi adanya perubahan ke arah yang lebih positif.

Mudah sekali orang-orang diprovokasi hanya oleh satu momentum yang menampilkan cerita dari satu sisi. Contoh lainnya adalah pada kasus Audrey yang kemarin sempat heboh. Sekarang mudah sekali suatu hal viral, mematik emosi orang banyak, dan orang tersebut larut terprovokasi secara berlebihan membela satu pihak yang terlihat benar di mata mereka. Padahal orang yang ada di dalamnya, bahkan yang melihat kejadian, atau yang ikut terlibat secara langsung pun masih ada hal-hal yang terlewatkan, apalagi orang-orang yang hanya melihat dari kutipan media atau pihak-pihak yang sekedar cerita dari satu point of view saja, yang bahkan ga ada di dalamnya juga. Banyak sekali sisi yang harus kita pertimbangkan untuk kita tarik kesimpulan besarnya. Jadi ga perlu lah kita terlalu berlebihan menanggapi sesuatu yang ga kita ketahui secara pasti. Menarik kesimpulan dan mengkritisi sesuatu adalah suatu hal besar yang harus dilakukan dengan bijak dan disertai dengan tanggung jawab. 

***Ditulis sebelum pelaksanaan pemilu***

Sekarang sudah ada sejarah baru di 22 Mei yang lalu. Dengan akar masalah yang sebenarnya sama dengan apa yang saya tulis waktu itu. Membahas keresahan mengenai kerusuhan yang terjadi sepertinya sudah ga perlu. Semua pun tau.

Malu.

Ayolah, jangan terburu-buru.

CONVERSATION

0 komentar:

Post a Comment

Back
to top